Aku dan Wisuda

Terkadang ada saat di kehidupan, dimana kita ingin melepas segala kerinduan..
Hari ini rindu ku terhadap sesosok ibu kembali muncul, Dan itu sangat mendalam. Mungkin hal ini disebabkan oleh moment hari ini dimana saya ikut serta menjadi paduan suara untuk mengiringi para wisudawan/wati Politeknik Negeri Jakarta. Barisan paduan suara ini di sebelah timur Balairung, di samping dan belakang kami terdapat barisan Orang Tua yang menghadiri wisuda tersebut.

Sepanjang prosesi wisuda berlangsung, suasana terlihat begitu khidmat dan sendu. terlihat dari tatapan para wisudawan/wati yang sungguh penuh pikiran yang berkecamuk di benaknya. Saat waktunya pelantikan para wisudawan, satu persatu nama mereka dipanggil untuk maju menghadap ketua jurusan mereka. Karena saya bosan, saya pun melihat sekeliling.. mata saya langsung menangkap sebuah kejadian dimana ada sesosok Bapak yang sudah cukup tua dengan baju batik yang dia kenakan, menangis tersedu-sedu dibalik selembar tissue yang dia pegang untuk menghapus air mata nya. Istri nya yang tepat berdiri di samping nya kerap menengadahkan kepala nya agar bisa melihat sang anak maju kedepan panggung Balairung.

Saya langsung terpikir.. apa perasaan seperti itu selalu dirasakan oleh tiap Orang Tua yang melihat anak nya di wisuda? Apakah hanya segelintir keluarga yang mengeluarkan tangis haru seperti itu. Tangis haru yang tersirat begitu banyak.. perjuangan para Orang Tua yang telah melakukan segalanya agar sang anak bisa terus kuliah, tingginya harapan akan masa depan dimana sang anak bisa sama memperjuangkan segalanya untuk para Orang Tua ~

Ibu ku yang sudah tenang di surga, tahun depan gantian saya yang akan merasakan wisuda seperti itu. Apakah bapak tidak akan hadir seperti wisudaan saat aku SMA 3 tahun yang lalu? Kalo bapak tidak hadir, siapa yang akan melihat ku memberi harapan untuk Ibu dan Bapak?
Siapa yang akan menangis bahagia untuk keberhasilan ku di jenjang pendidikan ini?
Siapa yang akan bersama ku untuk mendukung mimpi mimpi keberhasilan ku kedepan?

Ya rabb semoga Bapak tahun depan dapat menghadiri Acara Wisuda ku nanti, aku dapat menggenggam tangannya dan mengatakan kepadanya bahwa "Pak, anak pertama mu Hutami.. Insya Allah akan berusaha untuk mandiri dan tidak akan merepotkan mu lagi :)"

Comments

Popular Posts